Saturday, December 6, 2008

Salam dari Armidale, NSW, Australia


Halo! Apa kabar?

Saat ini saya tinggal di kota Armidale, negara bagian New South Wales (NSW), Australia. Saya mengambil program Doctor of Philosophy (PhD) dalam bidang Applied Linguistics di School of Arts and School of Behavioural, Cognitive and Social Sciences, Faculty of Arts and Sciences, University of New England (UNE), di Armidale, mulai tahun 2008 hingga 2011.

Untuk sementara keluarga saya tercinta, Nina, istri saya, serta Aida dan Gina, dua putri kami, masih tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan. Jika semua urusan dan persiapan lancar, insya Allah mereka akan bergabung dengan saya di sini pada pertengahan tahun depan. Saya sangat merindukan mereka bertiga.

Di kampung halaman tercinta saya, Imandi, di Dumoga, Bolaang Mongondow (Bolmong), Sulawesi Utara, saat ini tinggal adik kandung saya, Lady Farahdiba, yang telah menikah dengan seorang pria Banten bernama Hendra dan dikaruniai seorang putri bernama Tata. Selain itu saya juga memiliki paman dan bibi yang sangat saya cintai: Saman Laoh dan Nur Simanon. Keduanyalah yang memelihara saya sewaktu kecil karena ibu saya yang cacat tidak dapat sepenuhnya merawat saya. Di Imandi juga kini terdapat kuburan dari ayah dan ibu saya: Almarhum Rahman Korompot dan Almarhumah Djahara Simanon. Selain keluarga terdekat ini, saya masih memiliki kerabat dekat dan jauh di Imandi, Dumoga, Siniyung, Biga, Upai, Pontodon, Bolaang, Kopandakan, Matali, dll. - semuanya di Bolmong. Cinta dan rindu saya bagi mereka senantiasa.

Saya tinggal di Unit 1, 85 Queen Elizabeth Drive, Armidale, NSW 2350, Australia. Saya berbagi rumah berkamar tiga ini dengan dengan 2 orang teman Indonesia dan 1 teman Vietnam. Jarak rumah ini ke kampus cukup dekat sehingga saya sering berjalan kaki pergi-pulang. Tapi kadang-kadang saya naik bis ke kampus kalau sedang terburu-buru, dan pulang berjalan kaki. Asyik juga jalan kaki...selain hemat, hitung-hitung olahraga, walaupun kendalanya adalah medan yang agak menantang: 200 meteran mendekati gedung fakultas saya, jalanan cukup menanjak, sehingga nafas agak ngos-ngosan dibuatnya. Tapi kalau pulang bisa meluncur, namun harus berhati-hati karena pepohonan di kiri-kanan jalan dihuni burung magpies yang induknya dikenal sering menyerang pengguna jalan yang kebetulan lewat di bawah sarang anak-anaknya.

Armidale terletak di wilayah New England, di sebelah barat daya Sydney, NSW, dan tepat berada di pertengahan jalan antara Sydney dan Brisbane, Queensland. Perjalanan ke Armidale dari Sydney dapat ditempuh lewat darat (mobil, bis, kereta) sekitar 6 jam dan lewat udara sekitar 1 jam. Karena terletak di pegunungan, cuaca di Armidale cenderung lebih sejuk dibandingkan daerah lain di Australia. Pada musim dingin salju bisa turun di Armidale dan suhu udara bisa turun hingga -10 derajat Celsius. Bahkan di saat musim panas seperti sekarang, cuaca bisa cukup sejuk, mendung dan sering hujan.

Saya agak kerepotan waktu tiba di sini - sempat flu berat, diperiksa dokter dan minum obat segala. Mulanya juga saya agak "menyesal" mengapa tidak memilih studi di Adelaide, tempat saya dulu kuliah S2, yang lebih hangat. Tapi lambat laun saya mulai menyukai Armidale dan suasana "small town"nya, apalagi dengan lingkungannya yang sangat bersih, rumah-rumahnya yang mungil namun apik, bunga-bungaan yang bersemi di mana-mana, taman-taman yang indah, rerumputan hijau terhampar, pepohonan yang teduh, gedung-gedung tua namun kokoh bersandingan dengan gedung-gedung baru berarsitektur modern, lalu-lintas yang tertib, masyarakatnya yang ramah, kehidupan akademik kampus yang maju dan cerdas dalam lingkungan kampus yang asri di bebukitan. Kampus UNE juga mengingatkan saya pada lokasi kampus almamater saya dulu IKIP Manado (kini Universitas Negeri Manado) di Tonsaru, Tondano.

Di Armidale orang Indonesia tidak banyak, tapi kami memiliki Komunitas Indonesia di Armidale Australia (KIAA) yang punya beragam kegiatan kemasyarakatan. Sebagian anggota KIAA adalah mahasiswa dan sebagian lagi penduduk tetap/warga negara Australia asal Indonesia. Di antara mereka bahkan ada yang telah hidup di sini lebih dari 50 tahun. Armidale juga memiliki komunitas Muslim yang diramaikan oleh warga Muslim dari berbagai negara, terutama Timur Tengah. Komunitas ini biasa bertemu atau beribadah di UNE Mosque. Masjid ini terletak di bagian depan kampus, tepatnya di Booloominbah Drive, jalan masuk kampus.

Tempat saya menyalurkan kegemaran bermain bulutangkis di Armidale adalah UNE Sports Hall. Di sini saya bermain 2 kali seminggu bersama supervisor saya Dr Zifirdaus Adnan dan teman-teman asal Indonesia, Australia, India, Thailand, Cina, Taiwan, Jepang, Afrika Selatan, dll. Awalnya saya agak kaku memainkan shuttlecock plastik yang kami gunakan di sini, karena "terbang" lebih liar dibandingkan shuttlecock bulu, tapi ternyata akhirnya saya terbiasa. Smash!!!

Mudah-mudahan di tahun-tahun mendatang banyak mahasiswa Indonesia -bahkan kalau bisa ada yang dari Bolmong- yang datang menuntut ilmu di UNE, atau jalan-jalan dan menikmati keelokan kota kecil nan permai ini.

Di Armidale ini saya selalu merasa rindu kepada semua yang saya cintai...

Selain kepada keluarga, kerinduan saya yang mendalam tercurah kepada Bolmong kampung halaman yang sangat saya cintai. Meminjam ungkapan Katamsi Ginano, kakak kelas saya di SMP Negeri I Kotamobagu dulu, kecintaan pada Bolmong adalah "rasa cinta yang penuh rasa cemburu" - cemburu pada segelintir orang yang kebetulan berkuasa di sana namun hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, bukan Bolmong dan rakyatnya. Bagi saya, cinta dan cemburu itu juga berisi rasa bangga menjadi putra Bolmong dan turut berjuang di rantau demi kemajuan, martabat dan kemasyhurannya.

Saya tentu juga merindukan Makassar, kota Anging Mammiri, kota yang penuh arti bagi saya, kota tempat saya menyumbangkan tenaga untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara Indonesia tercinta. Setelah lebih 8 tahun bermukim di Makassar, saya telah merasa menjadi bagian tak terpisahkan darinya dan turut merasakan "cinta-cemburu-bangga" pada kota di Salatang (begitu kami menyebutnya) yang dulu hanya ada dalam angan-angan saya sebagai seorang anak desa miskin nun jauh di utara jazirah Sulawesi. Makassar juga tempat tinggal Syamsuddin Gp. dan Ilinnyong, ayah dan ibu mertua yang amat saya sayangi, yang -seperti juga anggota keluarga yang lain di Makassar- selalu hadir untuk saya dalam suka dan duka.

Dalam blog ini saya tampilkan sejumlah foto berisi gambar orang-orang dan tempat-tempat yang terkait dengan saya. Maaf kalau sebagian terkesan agak narsisistik - menampilkan diri sendiri.

Sekali lagi, salam "tabi bo tanob" (sayang dan rindu).

Foto: Saya, keluarga dan teman-teman seperjuangan di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar pada hari keberangkatan saya, 5 Oktober 2008.

1 comment:

soni said...

Assalamualaikum ww ! pak

Saya Firsoni, insyaAllah saya juga akan berada di Armidale sekitar Maret sampai Juni 2009 dalam rangka fellowship dari IAEA di universitas New England. Saya sangat suka membaca blog bapak dan rupanya armidale sangat ramah. Saya disini akan mendalami tentang penelitian tentang teknik prunutan radioisotop dalam penelitian pakan ternak ruminansia. Bapak dari "anging mamiri", kalau saya di "kampuang jauah di mato". Sekian dulu salam kenal dari saya pak.

Wassalam
soni (firsoni@yahoo.com)