Sunday, December 14, 2008

Jalan-jalan ke Tamworth, NSW


Hari ini saya dan tiga teman Indonesia jalan-jalan ke Tamworth, NSW, yang terletak sekitar 100km di sebelah timur-selatan Armidale. Pak Eddy Widodo dari Unipa Manokwari, Pak Ramal dari Untad Palu, Pak Lukman dari UIN Surabaya dan saya sendiri mengunjungi kota yang kabarnya 3 kali lebih luas dari Armidale ini. Tamworth bukan kota sembarangan, terutama dalam dunia musik country. Jika di Amerika Serikat Nashville, Tennessee, merupakan kiblat musik country dunia, maka Tamworth adalah the country music capital di Australia (setidak-tidaknya begitu klaim yang tertera pada pintu gerbang kota). Kabarnya, Tantowi Yahya, Bapak Musik Country Indonesia, pernah manggung di sini dalam festival music country pada bulan Januari lalu.

Perjalanan dari Armidale kami mulai pada pukul 12.30 siang dari Hungry Jack's, Armidale tempat kami makan siang. Matahari bersinar cerah namun tidak begitu panas menyengat Armidale yang sehari sebelumnya diguyur hujan dan diselimuti udara dingin. Pak Eddy yang menyetir tampak sangat terampil mengendalikan mobil yang kami tumpangi. Kondisi jalan yang mulus dan tidak padat membuat perjalanan kami sangat menyenangkan. Canda-tawa kami mewarnai perjalanan menyusuri New England Highway (yang berakhir di Sydney, sekitar 450km dari Tamworth) ini. Kami melewati hutan eucalyptus dan pepohonan lain khas Australia, kota-kota kecil, peternakan domba dan sapi, perkebunan anggur, dan sebagainya. Setelah sekitar 2 jam menikmati semua pemandangan ini, kamipun tiba di Tamworth.

Tamworth menyambut kami dengan dingin. Pusat kota dan jalanannya agak sepi - tidak begitu banyak kendaraan dan manusia yang lalu lalang; toko-toko pun sudah banyak yang tutup. Mungkin karena hari Minggu dan musim liburan.

Kesan pertama kami ketika berkeliling mencari tempat parkir: kota ini agak kotor dan seperti tidak terawat, agak tidak lazim untuk Australia yang kami kenal. Kami akhirnya memutuskan memarkir kendaraan di jalanan di bagian belakang kompleks pertokoan dekat lapangan cricket. Setelah itu kami mencari toilet di dalam taman kota di samping lapangan cricket tadi. Pak Ramal yang lebih dahulu menemukan toilet keluar dari toilet sambil mengeluh: "Toiletnya jorok dan bau - kayak toilet di Indonesia saja!" Saya dan Pak Eddy yang kemudian masuk menemukan hal yang dimaksud Pak Ramal: bau pesing menyengat, lantai basah berpasir dan tisu basah bertebaran. Kata Pak Eddy, "Benar-benar kayak toilet di Indonesia". Saya menambahkan sambil tertawa, "Seperti habis dipakai orang Serui!" Pak Eddy yang asal Papua tertawa mengiyakan.

Dari toilet kami menyusuri trotoar yang tidak tertata rapi. Tujuan kami: pusat perbelanjaan kota - di sini biasanya disebut the mall - yang tepat di tengah kota namun tidak di dalam gedung seperti di Indonesia. Sepanjang mall ini, pohon-pohon peneduh berjejer rapi di trotoar yang terhampar di kedua sisi jalan, masing-masing tampak nyaris selebar jalanan kendaraan di tengahnya. Walaupun tidak begitu lebar, jalanannya dua arah, dan masih ada area parkir di pinggiran. Trotoar di sini dilapisi batu-bata dan ubin berwarna senada dalam formasi yang cukup indah. Dibandingkan dengan mall di Armidale, mall di sini mungkin 3 kali lebih panjang. Sayang...di sana-sini banyak bagian yang tidak begitu terawat - lagi-lagi agak ganjil buat ukuran Australia yang sangat memperhatikan detail. Anyway, kami menyempatkan diri berfoto sendirian dan bersama di sepanjang mall ini, termasuk di depan Tamworth Regional Council - semacam DPRD, yang di depannya dihiasi pohon Natal.

Saya sempat melihat sebuah sepeda motor Triumph klasik dengan tangki berwarna merah. Pemiliknya sangat bangga ketika saya memuji motornya, namun menolak motornya difoto. Dia pun berlalu dengan dalam raungan motornya bruuuuuuuuummmmmm, meninggalkan saya yang terkagum-kagum.

Setelah menyantap pizza di Pizza Hut, kami bertolak kembali ke Armidale. Cuaca mulai sejuk cenderung dingin, angin bertiup agak kencang, dan jalanan pun kian sepi. Kota-kota kecil yang kami lewati tadi siang, kini terlihat nyaris seperti kota mati. Kalaupun ada 'kehidupan', yang tampak hanya kendaraan terparkir di pinggiran jalan, dan satu-dua orang di sekitar local pubs yang masih buka. Tapi the rugged beauty alam Australia di sekeliling kota-kota ini sangat mempesona dan eksotis. Di beberapa bagian lain suasana alamnya mengingatkan saya pada Dumoga: lembah luas berbukit dan dikelilingi gunung-gunung perkasa. Padang rumput yang luas di sini tampak seperti hamparan sawah di kampung halaman nun jauh di Sulawesi Utara sana. Pikiran saya melayang kepada istri dan anak-anak di Makassar. Mudah-mudahan Tuhan memudahkan semua rencana saya untuk membawa mereka ke sini agar mereka dapat juga menikmati keindahan alam NSW.

Akhirnya, kami tiba di Armidale sekitar pukul 5 sore. Pak Eddy dan saya yang tinggal berdekatan turun duluan. Pak Ramal mengambil alih kemudi dan membawa kembali mobilnya kembali ke Smith House, tempat tinggalnya, ditemani Pak Lukman yang tampak sangat mengantuk. Saya juga capek dan mengantuk. Wajar...It's been a long day. Tapi kami berempat sudah janjian, bulan Januari nanti kami akan kembali mengunjungi Tamworth untuk menyaksikan festival tahunannya. Kami ingin mencoba line dance massal yang diiringi alunan musik country...dan siapa tahu bisa ketemu Tantowi Yahya.

Foto: Saya di depan Tamworth Regional Council dan pohon Natal raksasa di Tamworth Mall. Jepretan Pak Lukman.

No comments: