Tuesday, December 23, 2008

Hanukah di Armidale


Pada hari Minggu 21 Desember lalu saya mendapat undangan istimewa dari Sophie Nicholls, sahabat saya sesama mahasiswa PhD di Linguistics Department. Dia dan suaminya mengundang kami semua mahasiswa PhD dan dosen pembimbing datang ke rumahnya merayakan Hanukah, hariraya agama Yahudi yang disebutnya sebagai "The Festival of Lights". Eyal Herz, suami Sophie, adalah orang Israel yang lama bersekolah di AS dan kini kuliah di Armidale.

Bagi saya pribadi, ini pengalaman langka: bersentuhan langsung dengan pemeluk dan tradisi dari agama yang selama ini selalu dianggap 'lawan' dari Islam.

Saya orang pertama yang tiba di rumah Sophie. Ketika saya masuk, saya mengucapkan selamat Hanukah kepada empunya rumah. Sophie langsung menawarkan minum; Eyal minta maaf tidak bisa menemani saya duduk di ruang tamu karena sedang membuat sesuatu di dapur. Saya menduga pasti itu makanan yang akan kami santap nanti. Tak lama kemudian, satu per satu tamu datang. Interaksi sesama tamu bermula di meja ruang tamu dengan permainan khas Hanukah. Saya lupa lupa namanya, tetapi masing-masing pemain mendapat setumpuk koin, lalu bergiliran memutar dadu dengan simbol-simbol bahasa Ibrani. Setiap simbol yang muncul memberi kami peluang untuk menyerahkan satu koin ke tengah meja (berarti rugi) atau mengambil beberapa koin dari tengah meja itu (berarti untung), dan seterusnya. Pemenang adalah pemain yang berhasil mengambil alih semua koin pemain-pemain lain. End of the game...

Sophie kemudian mengajak kami ke meja makan dan bersama-sama membuat sufganyiot, semacam donat yang bagian tengahnya diisi selai stroberi. Asyik juga membuat donat ini. Setelah itu Sophie menggoreng donat yang kami buat dan menaburinya dengan gula halus. Kami melahap donat-donat itu dengan nikmat. Setelah makan dua donat saya bertanya kepada Sophie apa resep donatnya. Dia menyebutkan semua ingredients-nya, termasuk whisky! Wah... rupanya minuman beralkohol itu yang turut membuat donat-donat ini begitu enak! Tapi sudahlah...sudah terlanjur masuk ke perut.

Selain donat sufganyiot, sang tuan rumah juga memasak gorengan tepung campur bumbu (semacam peye' di Indonesia.) Peye' yang satu ini diberi sedikit krim dan daging ikan salmon asap di atasnya. Enak sekali - mengingatkan saya pada peye' jagung muda campur ikan teri basah buatan istri saya di Makassar. Sambil makan, Sophie dan Eyal menceritakan sejarah Hanukah dan mengajak kami menyanyikan lagu khas Yahudi sambil menyalakan lilin di tempat lilin agama Yahudi yang disebut manorah.

Sambil makan, saya berbincang dengan Eyal dan Jeff, seorang dosen kami, yang mengaku sebagai orang Yahudi. Kami bicara banyak tentang Islam, Yahudi, Arab, Indonesia, politik, sejarah, bahasa dan sebagainya. Dari penuturan keduanya saya makin paham bahwa ternyata tidak semua orang Israel itu Yahudi, tidak semua orang Yahudi membenci Islam dan orang Palestina, Yahudi bisa diartikan sebagai agama dan bisa juga hanya sebagai etnis, dan bahwa orang Yahudi bisa memeluk berbagai agama, termasuk Islam.

Hal-hal seperti ini sudah pernah saya dengar sebelumnya dari berbagai sumber, tapi baru kali ini saya dengar langsung dari orang Yahudi. Saya juga kemudian tahu bahwa walaupun Eyal dan Jeff orang Yahudi, mereka ternyata Yahudi ateis.

Foto: Perayaan Hanukah di rumah Sophie. Dari kiri ke kanan: Christina, Carsten, Liz, Matthew, Eyal, Jeff, dan Cliff. Sophie di depan Eyal, terhalang oleh Cliff.



No comments: